Jumat, 01 Maret 2024

Aqidah 12.1

BAB 1 Aqidah Uluhiyah
a. Mengenal Alloh melalui Sifat-sifatNya
b. Mengenal Alloh melalui CiptaanNya
c. Menghadirkan Alloh dalam kehidupan

======== 

A. Mengenal Alloh melalui sifat-sifatnya.
Sifat Alloh ada 20. Sifat yang 20 ini dibagi menjadi 4, yaitu: 1) Nafsiyah, 2) Salbiyah, 3) Ma'aani, dan 4) Ma'nawi.
Sudah selayaknyalah Allah swt memiliki sifat-sifat kesempurnaan, karena Dia adalah maha pencipta, Allah swt yang menciptakan alam semesta ini. Sifat kesempurnaan Allah swt jauh diatas sifat-sifat manusia sabagai makhluk ciptaan-Nya. Kali ini kita akan membahas sifat wajib bagi Allah swt yang diklasifikasikan menjadi sifat nafsiyah, salbiyah, ma’ani, dan sifat ma’wiyah. Dalam artikel ini terlebih dahulu kita akan membahas sifat nafsiyah dan sifat salbiyah yang dimiliki Allah swt. Namun sebelum kita lanjut ke pembahasan, sebaiknya sahabat juga membaca artikel sebelumnya tentang Kebebasan Mutlak yang dimiliki Allah SWT.

1. sifat nafsiyah.

Sifat nafsiyah adalah sifat yang semata-mata berhubungan dengan zat Allah swt. Dalam hal ini yang tergolong sifat nafsiyah adalah sifat wujud Allah swt. Wujud merupakan zat Allah swt yang mutlak dalam diri-Nya, bukanlah merupakan tambahan dari zat-Nya. Beda halnya dengan alam semesta, seperti bulan, bumi, matahari, dan planet-planet lainnya. Benda-benda tersebut tidaklah tetap, akan tetapi ia terus bergerak dan mengalami perubahan, yang mana gerak dan perubahan itu tak mungkin berasal dari benda itu sendiri, dan jika benda itu berasal dari dirinya sendiri pastilah tak akan mengalami kekurangan apa pun. Akan tetapi pada kenyataannya benda-benda tersebut mempunyai kekurangan-kekurangan. Karena dengan adanya kekurangan itu maka jelaslah bahwasanya benda-benda tersebut digerakkan oleh zat yang Mahakuasa, Allah swt. yang mengendalikan serta memiliki sifat kesempurnaan.

Sebagaimana Allah swt berfirman dalam Al Quran surat ke 32 as-Sajdah, ayat 4-5, yang berbunyi:

اَللّٰهُ الَّذِيْ خَلَقَ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضَ وَمَا بَيْنَهُمَا فِيْ سِتَّةِ اَيَّامٍ ثُمَّ اسْتَوٰى عَلَى الْعَرْشِۗ مَا لَكُمْ مِّنْ دُوْنِهٖ مِنْ وَّلِيٍّ وَّلَا شَفِيْعٍۗ اَفَلَا تَتَذَكَّرُوْنَ (4)

يُدَبِّرُ الْاَمْرَ مِنَ السَّمَاۤءِ اِلَى الْاَرْضِ ثُمَّ يَعْرُجُ اِلَيْهِ فِيْ يَوْمٍ كَانَ مِقْدَارُهٗٓ اَلْفَ سَنَةٍ مِّمَّا تَعُدُّوْنَ (5)

Artinya: "Allah yang menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas ‘Arsy. Bagimu tidak ada seorang pun penolong maupun pemberi syafaat selain Dia. Maka apakah kamu tidak memperhatikan? Dia mengatur segala urusan dari langit ke bumi, kemudian (urusan) itu naik kepada-Nya dalam satu hari yang kadarnya (lamanya) adalah seribu tahun menurut perhitunganmu."

Dari kedua ayat tersebut, kita dapat mengambil dasar-dasar pengertian sebagai berikut:

Allah swt menciptakan langit dan bumi ini dalam enam masa. Yakni masa pertama, dimana semua alam masih berupa asap atau kabut raksasa, kemudian kabut raksasa itu pecah dan salah satunya menjadi bumi; masa kedua, asap atau kabut itu berubah menjadi air; masa ketiga, mulai timbul kekeringan yang pada akhirnya menjadi perbukitan; masa keempat, mulai ada kehidupan baik di air dan di bumi; masa kelima dan keenam, sebagaimana yang kita semua saksikan seperti sekarang ini.

Tidak ada penolong serta pemberi syafaat selain Allah swt. Ini memiliki arti bahwa kekuasaan tunggal hanya ada pada Allah swt.

Semua urusan hanya ada di tangan Allah swt, serta tak ada pihak lain yang ikut campur tangan dengan-Nya.

2. sifat salbiyah.

Sifat salbiyah berarti sifat yang tidak sesuai atau tidak patut untuk zat Allah swt. Sifat salbiyah ini ada lima macam yang bertentangan dengan sifat qidam, baqa’, mukhalafatu lil hawadisi, qiyamuhu binafsihi, dan wahdaniyah. Adapun kelima sifat salbiyah tersebut sebagai berikut.

Hudus, yang berarti permulaan. Sifat qidam menolak adanya sifat hudus. Berdasarkan teori ad-Daur bahwa alam ini adalah ciptaan Allah swt, adanya Allah swt juga karena adanya alam, Pendapat ini adalah mustahil, karena Allah swt disamakan dengan makhluk ciptaan-Nya.

Allah swt berfirman,

هُوَ الْاَوَّلُ وَالْاٰخِرُ وَالظَّاهِرُ وَالْبَاطِنُۚ وَهُوَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ

Artinya: "Dialah Yang Awal, Yang Akhir, Yang Zahir dan Yang Batin; dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu. QS al-Hadid (57: 3).

Allah swt tidaklah berawal dan berakhir. Jika Allah swt berawal, sebelum Allah swt bararti ada kekosongan. Tentunya hal ini sangat bertentangan dengan akal. Maka dari itu, sifat qidam bertentangan (menolak) dengan sifat hudus.

Fana, berarti Allah swt mengalami kerusakan dan kepunahan. Jika memang demikian, apa bedanya khalik (pencipta) dengan makhluk (yang diciptakan)? Akal sehat tak mungkin dapat mengakui bahwa pencipta sama dengan yang diciptakan. Akal sehat hanya dapat mengakui bahwa pencipta mempunyai sifat yang jauh lebih sempurna daripada yang diciptakan. Allah swt adalah zat yang menciptakan manusia dan alam semesta. Allah swt tidak akan mengalami kerusakan dan kepunahan sebagaimana makhluk ciptaan-Nya. Allah swt berfirman.

كُلُّ شَيْءٍ هَالِكٌ اِلَّا وَجْهَهٗ

Artinya: ".… Segala sesuatu pasti binasa, kecuali Allah …. QS al-Qasas (28: 88)

Sifat baqa Allah swt menolak sifat fana’ karena sangat bertentangan dengan akal sehat.

Mumasalatu lil Hawadisi, berart Allah swt serupa dengan makhluk-Nya. Allah swt tidak akan pernah memerlukan apa yang diperlukanoleh makhluk-Nya. Allah swt berfirman dalam Al Qur’an surat ke 42 asy Syura ayat 11.

لَيْسَ كَمِثْلِهٖ شَيْءٌ ۚوَهُوَ السَّمِيْعُ الْبَصِيْرُ

Artinya: "…. Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia. Dan Dia Yang Maha Mendengar, Maha Melihat. QS asy-Syura (42: 11).

Berdasarkan ayat di atas, sangatlah jelas bahwa sifat mukhlafatu lil hawadisi Allah swt, menolak sifat mumasalatu lil hawadisi, karena tidak mungkin Allah swt itu serupa dengan makhluk-Nya.

Ihtiyajun ila gairihi atau qiyamahu ligairihi, berarti Allah swt memerlukan bantuan pihak lain. Allah swt tidak memerlukan bantuan pihak lain dalam menciptakan alam semesta beserta isinya. Allah swt berfirman sebagai berikut.

اِنَّ اللّٰهَ لَغَنِيٌّ عَنِ الْعٰلَمِيْنَ

Artinya: "…. Sungguh, Allah Mahakaya (tidak memerlukan sesuatu) dari seluruh alam. QS al-Ankabut (29: 6).

Dari ayat di atas, memperjelas bahwasanya Allah swt tidaklah mungkin memerlukan bantuan dari pihak lain. Maka dari itu, sifat Ihtiyajun ila gairihi atau qiyamahu ligairihi bertentangan dengan sifat mukhlafatu lil hawadisi Allah swt.

Ta’addud, berarti terbilang dua, tiga, atau lebih. Andaikan Allah swt itu lebih dari sat, maka pasti akan timbul perebuatan kekuasaan dan aturan-aturan yang berbeda, saling bersaing shingga akan mengakibatkan kehancuran. Allah swt berfirman dalam surat Al Ikhlas ayat 1.

قُلْ هُوَ اللّٰهُ اَحَدٌۚ

Artinya: "Katakanlah (Muhammad), “Dialah Allah, Yang Maha Esa“. QS al-Ikhlas (112: 1).

Allah swt itu maha tunggal, tidak mungkin Dia lebih dari satu. Oleh karena itu sifat wahdaniyah Allah swt menolak sifat ta’addud.

    3. Sifat ma’ani Allah TWT

Sifat ma’ani Allah swt adalah sifat wajib Allah yang dapat digambarkan oleh akal pikiran manusia dan dapat meyakinkan orang lain kerana kebenarannya dapat kita buktikan dengan pancaindra. Yang tergolong dalam sifat ma’ani Allah swt ialah qudrah, iradah, ‘ilmu, hayat, sama’, basar, dan kalam.

Qudrah

Allah swt bersifat qudrah berarti Mahakuasa. Mustahil Allah swt bersifat ‘ajzun yang berarti lemah atau tidak berdaya.

Kekuasaan Allah swt dapat dibuktikan dengan adanya alam semesta yang masing-masing mempunyai aturan tertentu serta berbeda antara yang satu dan lainnya. Semenjak manusia mengenal alam hingga sekarang ini, semua isi alam berjalan dengan aturannya masing-masing, sesuai kekuasaan Allah swt. Tak satu pun makhluk yang dapat mengatur alam semesta ini.

Meskipun manusia juga memiliki kekuasaan, akan tetapi sangat terbatas. Manusia berusaha mempertahankan apa-apa yang dimilikinya, akan tetapi pada suatu saat manusia pasti akan gagal dalam mempertahankannya.

Setiap manusia pasti akan mati, meskipun ia mendambakan hidup bahagia di dunia. Kekuasaan Allah swt berlaku atas diri-Nya, baik disadari maupun tidak, suka maupun terpaksa.

Allah swt, berfirman dalam QS al-An’am (6: 18) sebagai berikut:

وَهُوَ الْقَاهِرُ فَوْقَ عِبَادِهٖۗ وَهُوَ الْحَكِيْمُ الْخَبِيْرُ

Artinya: "Dan Dialah yang berkuasa atas hamba-hamba-Nya. Dan Dia Mahabijaksana, Maha Mengetahui. 

Iradah

Allah TWT bersifat iradah yang berarti berkehndak, mustahil bagi Allah swt bersifat karahah yang berarti dipaksa. Sesuatu yang dipaksa berarti berada dibawah tekanan/ paksaan yang memaksa dan selalu diatur olehnya. Artinya, sesuatu yang dipaksa adalah yang lemah, tidak dapat bebas berbuat dan harus mengikuti kehendak yang mengatur. Allah swt adalah zat yang mengatur segala-galanya karena Dialah yang berkuasa dan memiliki alam ini.

Seandainya Allah TWT tidak berkehendak, niscaya tak akan pernah ada alam semesta ini. Allah TWT berfirman dalam Al Quran surat ke 16 An-Nahl ayat 40.

اِنَّمَا قَوْلُنَا لِشَيْءٍ اِذَآ اَرَدْنٰهُ اَنْ نَّقُوْلَ لَهٗ كُنْ فَيَكُوْنُ

Artinya: "Sesungguhnya firman Kami terhadap sesuatu apabila Kami menghendakinya, Kami hanya mengatakan kepadanya, “Jadilah!” Maka jadilah sesuatu itu."

‘Ilmu

Allah TWT bersifat ‘ilmu, berarti maha mengetahui segala sesuatu, maka mustahil Allah TWT bersifat jahlun yang berarti bodoh. Allah TWT mengetahui segala sesuatu, baik yang telah, sedang, mapun yang akan terjadi. Allah swt mengetahui segala sesuatu yang ada dalam hati, baik yang rahasia maupun yang terang-terangan. Jika dibandingkan dengan ilmu Allah swt, ilmu manusia ibarat tak lebih dari setitik air di tengah samudra yang mahaluas. Oleh karenanya sebagai orang yang beriman harus senantiasa mencari ilmu serta mengembangkannya demi kebaikan umat manusia. Allah TWT berfirman sebagai berikut dalam QS al-Hujarat (49: 18):

اِنَّ اللّٰهَ يَعْلَمُ غَيْبَ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِۗ وَاللّٰهُ بَصِيْرٌۢ بِمَا تَعْمَلُوْنَ

Artinya: "Sungguh, Allah mengetahui apa yang gaib di langit dan di bumi. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan. 

Hayat

Allah TWT bersifat hayat, berari maha hidup, sedangkan kebalikannya adalah mautun yang berarti mati. Allah TWT adalah zat yang maha hidup dan mustahil mati. Namun sifat hidup Allah swt tidaklah sama dengan hidup semua makhluk, sebab hidup Allah swt itu sempurna dan kekal.

Alam semesta ini pasti diciptakan oleh zat yang maha hidup. Sesuatu yang mati pasti tidak akan mampu untuk menciptakan sesuatu.

Dalam QS al-Furqan (25: 58) Allah TWT berfirman sebagai berikut:

وَتَوَكَّلْ عَلَى الْحَيِّ الَّذِيْ لَا يَمُوْتُ وَسَبِّحْ بِحَمْدِهٖۗ وَكَفٰى بِهٖ بِذُنُوْبِ عِبَادِهٖ خَبِيْرًا ۚ

Artinya: "Dan bertawakallah kepada Allah Yang Hidup, Yang tidak mati, dan bertasbihlah dengan memuji-Nya. Dan cukuplah Dia Maha Mengetahui dosa hamba-hamba-Nya."

Sama’

Allah swt bersifat sama’ berarti maha mendengar. Kebalikan dari sifat sama’ ini adalah summun yang berarti tuli. Allah swt maha mendengar segala sesuatu, sebaliknya Allah swt mustahil bersifat tuli. Oleh karena itu, sebagai orang yang beriman kita tidak akan merasa khawatir doa dan permohonan kita tidak didengar oleh Allah swt. Dia selalu mendangar ucapan manusia, bahkan bisikan dalam hati manusia pun Allah swt pasti mendengarnya.

Allah swt berfirman dalam Al Quran surat ke 2 al Baqarah, ayat 127.

وَاِذْ يَرْفَعُ اِبْرٰهٖمُ الْقَوَاعِدَ مِنَ الْبَيْتِ وَاِسْمٰعِيْلُۗ رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا ۗ اِنَّكَ اَنْتَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ

Artinya: "Dan (ingatlah) ketika Ibrahim meninggikan pondasi Baitullah bersama Ismail, (seraya berdoa), “Ya Tuhan kami, terimalah (amal) dari kami. Sungguh, Engkaulah Yang Maha Mendengar, Maha Mengetahui."

Basar

Allah swt bersifat basar, artinya maha melihat segala sesuatu, baik yang telah, sedang, maupun yang akan terjadi. Penglihatan Allah swt tidak dibatasi oleh alat dan waktu. Kebalikan dari basar adalah ‘umyun yang berarti buta. Mustahil bagi Allah swt bersifat ‘umyun. Seluruh makhluk dan benda yang berada di ala mini tak pernah lepas dari penglihatan Allah swt.

Firman Allah swt dalam QS al-Hujarat (49: 18).

اِنَّ اللّٰهَ يَعْلَمُ غَيْبَ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِۗ وَاللّٰهُ بَصِيْرٌۢ بِمَا تَعْمَلُوْنَ

Artinya: "Sungguh, Allah mengetahui apa yang gaib di langit dan di bumi. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan."

Kalam

Allah swt bersifat kalam berarti berbicara, sedangkan kebalikannya adalah bukmun, yang berarti bisu. Karena Allah swt berbicara, maka Dia dapat berfirman, memberi janji, dan peringatan yang ditujukan kepada makhluk_nya. Firman-firman Allah swt tersusun dengan rapi di dalam kitab suci yang diturunkan kepada rasul-rasul-Nya. Hal tersebut menunjukkan bahwa Allah swt mustahil bersifat bisu. Allah swt berfirman dalam Al Quran surat 4 an-Nisa, ayat 164.

وَكَلَّمَ اللّٰهُ مُوْسٰى تَكْلِيْمًاۚ ….

Artinya:  "…. Dan kepada Musa, Allah berfirman langsung."

4. Sifat ma’nawiyah Allah swt.

    Sifat ma’nawiyah ialah sifat-sifat yang berhubungan dengan sifat ma’ani atau merupakan kelanjutan sifat-sifat ma’ani. Dengan kata lain, adanya tujuh sifat ma’ani Allah swt, berarti ada tujuh sifat ma’nawiyah Allah swt. Ketujuh sifat ma’nawiyah Allah swt adalah sebagai berikut.

Qadiran

Allah swt bersifat qadiran yang berarti Dia mahakuasa.

Allah swt berfirman dalam QS al-An’am (6: 37) sebagai berikut:

…. قُلْ اِنَّ اللّٰهَ قَادِرٌ عَلٰٓى اَنْ يُّنَزِّلَ اٰيَةً ….

Artinya: "…. Katakanlah, “Sesungguhnya Allah berkuasa menurunkan suatu mukjizat,…. "

Muridan

Allah swt bersifat qadiran yang berarti Allah swt maha berkehendak. Allah swt berfirman sebagai berikut dalam QS an_Nisa’ (4: 26) :

…. يُرِيْدُ اللّٰهُ لِيُبَيِّنَ لَكُمْ وَيَهْدِيَكُمْ سُنَنَ الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ

Artinya: "Allah hendak menerangkan (syariat-Nya) kepadamu, dan menunjukkan jalan-jalan (kehidupan) orang yang sebelum kamu (para nabi dan orang-orang saleh) …."

‘Aliman

Allah swt bersifat ‘aliman yang berarti Dia Maha Mengetahui. Allah swt berfirman dalam Al Quran surat 49 al Hujarat, ayat 16.

وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ….

Artinya: "…. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu."

Dalam ayat yang lain Allah swt berfirman. QS Fatir (35: 44).

 وَمَا كَانَ اللّٰهُ لِيُعْجِزَهٗ مِنْ شَيْءٍ فِى السَّمٰوٰتِ وَلَا فِى الْاَرْضِۗ اِنَّهٗ كَانَ عَلِيْمًا قَدِيْرًا

Artinya: "…. Dan tidak ada sesuatu pun yang dapat melemahkan Allah baik di langit maupun di bumi. Sungguh, Dia Maha Mengetahui, Mahakuasa."

Hayyan

Allah swt bersifat hayyan yang berarti Dia Mahahidup. Allah swt berfirman sebagai berikut dalam QS Ali ‘Imran (3: 2) :

اَللّٰهُ لَآ اِلٰهَ اِلَّا هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّوْمُۗ

Artinya: "Allah, tidak ada tuhan selain Dia. Yang Mahahidup, Yang terus-menerus mengurus (makhluk-Nya)."

Sami’an

Allah swt bersifat sam’an yang berari Dia Maha Mendangar. Allah swt berfirman dalam Al Quran sebagai berikut dalam QS an-Nisa’ (4: 134) :

مَنْ كَانَ يُرِيْدُ ثَوَابَ الدُّنْيَا فَعِنْدَ اللّٰهِ ثَوَابُ الدُّنْيَا وَالْاٰخِرَةِ ۗوَكَانَ اللّٰهُ سَمِيْعًاۢ بَصِيْرًا

Artinya: "Barangsiapa menghendaki pahala di dunia maka ketahuilah bahwa di sisi Allah ada pahala dunia dan akhirat. Dan Allah Maha Mendengar, Maha Melihat."

Manusia tentunya tak hanya mengahrapkan pahala di dunia saja, tetapi juga pahala di akhirat. Allah maha mendengar permohonan hamba-Nya, meskipun permohonan itu hanya dalam hati.

Basiran

Allah swt mempunyai sifat basiran, artinya maha melihat. Allah swt berfirman sebagai berikut dalam QS al-Isra’ (17: 17) :

وَكَفٰى بِرَبِّكَ بِذُنُوْبِ عِبَادِهٖ خَبِيْرًاۢ بَصِيْرًا ….

Artinya: "Dan cukuplah Tuhanmu Yang Maha Mengetahui, Maha Melihat dosa hamba-hamba-Nya."

Sesuai dengan sifat keagungan-Nya, penglihatan Allah swt itu mutlak, tak terbatas yang wujud saja, namun juga yang tidak berwujud dan yang zahir maupun yang batin.

Mutakallimun

Allah swt bersifat mutakallimun yang berarti Maha berbicara. Allah swt berfirman sebagai berikut di dalam QS at-Taubah (9: 6) :

وَاِنْ اَحَدٌ مِّنَ الْمُشْرِكِيْنَ اسْتَجَارَكَ فَاَجِرْهُ حَتّٰى يَسْمَعَ كَلٰمَ اللّٰهِ

Artinya: "Dan jika di antara kaum musyrikin ada yang meminta perlindungan kepadamu, maka lindungilah agar dia dapat mendengar firman Allah, …."

B. Mengenal Alloh melalui Ciptaannya.
Dalam Islam, semua ciptaan Allah disebut sebagai makhluk. Kata makhluk mancakup seluruh alam semesta termasuk air, bintang tanah dan isi jagad raya lainnya. Sebagaimana sifat Allah yang maha menciptakan, seluruh langit, bumi dan segala isinya memang merupakan ciptaannya.
Semua ciptaan Allah disebut makhluk terbagi menjadi dua bagian yang besar, yaitu makhluk yang bernyawa dan makhluk yang bernyawa. Manusia, merupakan salah satu makhluk Allah yang bernyawa. Ibnu Hajar, Seorang ahli hadits dari Mazhab Syafi’i menjelaskan bahwa makhluk yang pertama diciptakan adalah air, kemudian ‘Arsy kemudian pena.

Allah memiliki nama lain yang disebut Al-Khaliq, yang berarti yang maha pencipta. Nama ini menggambarkan salah satu aspek keagungan Allah yang menunjukkan bahwa Dia adalah sumber dari segala penciptaan di alam semesta ini. Bukti keagungan Allah sebagai Al-Khaliq dapat ditemukan melalui keberadaan ciptaan-Nya yang luar biasa dan kompleks. 

Allah menciptakan berbagai bentuk ciptaan yang sangat beragam, termasuk malaikat, jin, manusia, bulan, matahari, langit, bumi, tumbuhan, dan hewan. Setiap ciptaan ini memiliki karakteristik dan fungsi yang unik, menunjukkan kebesaran dan kebijaksanaan penciptaannya.

Tidak ada sesuatu pun di alam semesta ini yang dapat tercipta tanpa adanya kehendak dan kuasa dari Allah Sang Maha Pencipta. Semua ciptaan-Nya terbentuk dengan rancangan yang sempurna dan tak terbatas, mencerminkan kekuasaan-Nya yang luar biasa.

Manusia sebagai salah satu makhluk Allah harus memiliki keyakinan yang teguh bahwa Allah adalah Maha Pencipta yang tiada tanding. Manusia harus mengakui dan menghormati kekuasaan-Nya dalam menciptakan segala sesuatu di alam semesta ini. Pemahaman akan keesaan Allah sebagai Al-Khaliq dapat membantu manusia untuk menghargai keindahan dan keragaman ciptaan-Nya. Hal ini juga dapat menimbulkan rasa bersyukur dan menjaga lingkungan yang telah disediakan oleh Allah. 

Penjelasan tentang penciptaan alam semesta beserta isinya, tersebardi berbagai surat dalam Al-Quran. Berikut diantaranya.

QS. Al-'Ankabut Ayat 44

Artinya: "Allah menciptakan langit dan bumi dengan haq. Sungguh, pada yang demikian itu pasti terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang-orang yang beriman."

QS. Al-A'raf Ayat 54

اِنَّ رَبَّكُمُ اللّٰهُ الَّذِيْ خَلَقَ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضَ فِيْ سِتَّةِ اَيَّامٍ ثُمَّ اسْتَوٰى عَلَى الْعَرْشِۗ يُغْشِى الَّيْلَ النَّهَارَ يَطْلُبُهٗ حَثِيْثًاۙ وَّالشَّمْسَ وَالْقَمَرَ وَالنُّجُوْمَ مُسَخَّرٰتٍۢ بِاَمْرِهٖٓ ۙاَلَا لَهُ الْخَلْقُ وَالْاَمْرُۗ تَبٰرَكَ اللّٰهُ رَبُّ الْعٰلَمِيْنَ

Artinya: "Sungguh, Tuhanmu (adalah) Allah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas ‘Arsy. Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat. (Dia ciptakan) matahari, bulan dan bintang-bintang tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah! Segala penciptaan dan urusan menjadi hak-Nya. Mahasuci Allah, Tuhan seluruh alam."

QS. Az-Zumar Ayat 62

اَللّٰهُ خَالِقُ كُلِّ شَيْءٍ ۙوَّهُوَ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ وَّكِيْلٌ

Artinya: "Allah pencipta segala sesuatu dan Dia Maha Pemelihara atas segala sesuatu."

QS. Fussilat Ayat 21

وَقَالُوْا لِجُلُوْدِهِمْ لِمَ شَهِدْتُّمْ عَلَيْنَا ۗقَالُوْٓا اَنْطَقَنَا اللّٰهُ الَّذِيْٓ اَنْطَقَ كُلَّ شَيْءٍ وَّهُوَ خَلَقَكُمْ اَوَّلَ مَرَّةٍۙ وَّاِلَيْهِ تُرْجَعُوْنَ

Artinya: "Dan mereka berkata kepada kulit mereka, “Mengapa kamu menjadi saksi terhadap kami?” (Kulit) mereka menjawab, “Yang menjadikan kami dapat berbicara adalah Allah, yang (juga) menjadikan segala sesuatu dapat berbicara, dan Dialah yang menciptakan kamu yang pertama kali dan hanya kepada-Nya kamu dikembalikan.”

QS. Al-Anbiya' Ayat 31

وَجَعَلْنَا فِى الْاَرْضِ رَوَاسِيَ اَنْ تَمِيْدَ بِهِمْۖ وَجَعَلْنَا فِيْهَا فِجَاجًا سُبُلًا لَّعَلَّهُمْ يَهْتَدُوْنَ

Artinya: "Dan Kami telah menjadikan di bumi ini gunung-gunung yang kokoh agar ia (tidak) guncang bersama mereka, dan Kami jadikan (pula) di sana jalan-jalan yang luas, agar mereka mendapat petunjuk."

QS. Al-Baqarah Ayat 29

هُوَ الَّذِيْ خَلَقَ لَكُمْ مَّا فِى الْاَرْضِ جَمِيْعًا ثُمَّ اسْتَوٰٓى اِلَى السَّمَاۤءِ فَسَوّٰىهُنَّ سَبْعَ سَمٰوٰتٍ ۗ وَهُوَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ

Artinya: "Dialah (Allah) yang menciptakan segala apa yang ada di bumi untukmu kemudian Dia menuju ke langit, lalu Dia menyempurnakannya menjadi tujuh langit. Dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu."

c. Menghadirkan Alloh dalam kehidupan

Allah swt merupakan Tuhan pencipta alam semesta beserta seisinya, baik berupa manusia, jin, hewan tumbuhan, malaikat, batu dan tata surya. Kesemuanya ada dalam lingkup kehendak-Nya. Dan tidak ada hamba yang terlepas dari-Nya. Oleh karena Allah sudah memberikan apa saja yang kita butuhkan di alam dunia, maka kita dianjurkan untuk selalu bersyukur kepada-Nya, dan jangan mengingkari-Nya.

Salah satu syukur yang baik kepada Allah swt adalah dengan selalu mengingat-Nya dalam segala peristiwa, dimanapun dan kapanpun. Dengan kata lain, Alloh dihadirkan dalam kehidupan, jangan sampai kita semua yang telah diberikan nikmat oleh Allah lalai kepada-Nya.

Diantara bentuk-bentuk menghadirkan Alloh dalam kehidupan adalah dengan menyebutNya dalam berbagai kejadian dalam hidup ini, misalnya:

  1. Alhamdulillah (memuji Alloh) ketika mendapat nikmat.
  2. Inna lillah (istirja' - kembali kepada Alloh) ketika terkena musibah.
  3. Astaghfirulloh (memohon ampunan kepada Alloh) ketika terjerumus dosa.
  4. Subhanalloh (mensucikan Alloh) ketika mendapatkan sesuatu yang menakjubkan.
  5. In syaAlloh (bila Alloh menghendaki) ketika akan melakukan suatu pekerjaan di masa yang akan datang.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan Siswa Kelas 10, Bab 3